Nikah, Bukan Soal Urutan

Postingan mbak Ayana tentang pernikahan adiknya mendorong saia (mampir ke sini) untuk membuat tulisan penuh pengandaian ini. Penuh pengandaian, tapi bukan fiksi ya… Karena saia gak tahu apakah saia masih punya ‘jodoh’ untuk menulis fiksi atau tidak. Dan mungkin akan ada sedikit unsur galau-isme di sini, hehe 😎 )

Sebagai anak tunggal, saia gak pernah membayangkan untuk melangkahi ataupun dilangkahi untuk menikah. Namun, beberapa teman ternyata punya pengalaman dilangkahi menikah terlebih dahulu oleh adik-adiknya, and I feel them.

Saia paham betapa ‘menantangnya’ untuk menguatkan batin dan membuka pintu keikhlasan mempersilakan adik melengkapi separuh agamanya terlebih dahulu. Seorang teman bahkan seperti harus bersandiwara saat ia menjadi seksi repot di pernikahan adiknya. Wow, it must be real tough yaa… Apalagi dia cuma dua bersaudara dengan adiknya itu. Kalo saia jadi dia, mungkin pengennya gak keliatan aja, pake Invisible Cloak-nya Harry Potter haha 😆  atau ditelan bumi deh (tapi ‘dikeluarin’ lagi pas nikahan udah selesai hehe ;))

Malah pernah juga saia dengar cerita seorang teman SMA yang dilangkahi menikah oleh adiknya. Suami adiknya, alias adik iparnya, malah berusia lebih tua dari teman saia ini. Pikiran iseng saia sih nyeletuk, “Mungkin si adik ipar itu malah lebih cocok sama teman saia, kalo dilihat dari segi umur.” Tapi ini kan hanya pemikiran manusia awam yang sok tau aja hehe…

Usia seseorang memang gak mencerminkan kewajiban menikah *membela diri sendiri* *abis gak ada yang belain* *lho*. Seseorang memang sebaiknya menikah saat ia sudah siap, lahir dan batin.

Namun perkara gak berhenti sampai di situ. Mencari yang klik (baca: yang jodohnya dunia-akhirat) juga butuh waktu dan usaha, bisa sebentar, bisa lama, bisa mudah, bisa sulit… Itu semua rahasia Allah yang menjadi tugas manusia untuk menguaknya, semampunya, sambil terus memantaskan dan menyiapkan diri.

Yuk deh mareeee 🙂

7 thoughts on “Nikah, Bukan Soal Urutan

  1. percaya deh, tuhan itu mengatur jalan yang terbaik buat kita
    calon istri saya adalah anak bungsu dari 6 bersaudara
    dan dia masih punya 3 (TIGA) kaka yang belum menikah
    ngerti dong gimana rasa gak enak nya saya (>_<)
    tapi kalau ngobrol dengan kakak2 nya memang pernikahan kami itu adalah jalan yang baik
    karena calon istri saya merantau di jakarta tanpa ada saudara
    jadi baiknya segera punya pendamping agar semuanya tenang
    🙂

    *jadi curcol gini*

    • kalo ngelangkahin 3 kakak sekaligus, saia bingung juga mau bilang, “keren”, “hebat”, atau yang lainnya hehe 🙂 pasti keputusan yang sulit ya akhirnya memutuskan itu. thumbs up deh! semoga lancar dan dimudahkan ya pernikahannya 😀

Leave a comment